Wednesday, 15 February 2017

Kamu, dan Bagaimana Aku Bicara Padamu

Pagi-pagi sebelum adzan subuh, saya sudah bangun. Siap-siap mengerjakan seabreg tugas IRT mumpung Riyadh masih tidur. Belanja sarapan, masak, cuci piring, beresin dapur, beres. Pas mau pegang cucian… si ganteng nangis dan bangun.


Jam 6 pagi, setelah sarapan dan mandiin anak, saya teringat dengan setumpuk cucian yang masih belum tergarap. Maklum nyucinya masih manual ga pakai mesin karena daya listriknya belum support.
“Yah… tolong nitip Riyadh dulu ya…”, kata saya pada suami yang sedang asyik dengan laptopnya. Terdengar cekikikan sesekali.
“Emang bunda mau kemana?”, tanyanya lempeng.
“Mau nyuciii..”


Tidak ditanggapi.


Saya menghela nafas panjang…..Hhhhh...
Biasanya saya suka ngambek. “Ayah tolong bantuin pegang Riyadh. Dari pagi nyantai terus, ga tau apa istri mah kayak dikejar-kejar setan… ya nyuci, masak, belanja, rendam baju, dll. Ayah enak-enak aja ngopi dan nyorabi.”


Kalau udah bilang begitu, suami jawab: “Iya bentar…”, sambil agak nyewot.


Tapi alhamdulillah kata-kata yang keluar hari ini adalah…


“Ayah, nitip Riyadh ya… 30 meniit aja. Bunda mau beresin kerjaan rumah biar bisa main bareng sama Riyadh. Biar Riyadh ga nonton video terus... Ayah bisa kan yah? Sebelum ayah berangkat ngantor…”, kata saya disisipi senyuman.


“Oke… apa sih yang nggak buat bunda…”, jawabnya lalu mematikan laptop nya.


Ah… leganya… Coba kalau saya emosi, pasti hasilnya akan berantem di pagi hari.


Saya pikir, kasihan juga di tempat kerja suami menghadapi kerjaan administrasi yang dituntut cepat dan cermat. Biarlah selama di rumah dia berleha-leha, dan mendapatkan hak senyuman dari istrinya yang mungkin tidak didapatkan di tempat kerjanya. Suami berhak bahagia sebagaimana ia berupaya membahagiakan keluarga kecilnya…


Jadi teringat dengan hadits “Bicaralah baik atau diam” 😊


#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsyiip

No comments:

Post a Comment