Tuesday 9 January 2018

Review #4 MEMBANGKITKAN FITRAH SEKSUALITAS

Punya suami yang kasar? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.
Punya suami yang "sangat tergantung" pada istrinya? Bingung membuat misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.

Kok sebegitunya?

Ya karena sosok ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna. Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu. Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.

Landasan syar’i tentang fitrah seksualitas antara lain
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Q.S. Ar-Rum-21).

Selain itu, Allah sebutkan dalam AlQur’an Surat Hujurat ayat 13 bahwa hanya ada dua jenis manusia yaitu laki-laki dan perempuan.  Tidak pernah disebutkan adanya manusia berjenisbanci (bencong).  Menuduh bahwa banci itu fitrah, berarti menuduh Allah berkhianat dalam penciptaan-Nya. Jadi tidak ada mansia berjenis Waria, kalau ada, maka itu penyimpangan dari fitrah.

Bagiamana kita mendidik anak laki-laki dan permpuan adalah berdasarkan AlQur’an, maka kita belajar dari keluarga yang ada dalam AlQur’an, salah satu jiwa laki-laki adalah Al Qowam (pemimpin). Sebagaimana disebutkan dalam Surat An Nisaa’ ayat 34: Bahwa kaum laki-laki itu adalah pemimpin (Al Qowam) bagi wanita.

Perkembangan fitrah seksualitas anak terdiri dari beberapa tahapan usia :
Tahapan Pra latih usia 0-2 tahun, 3-6 tahun
Tahapan Pre Aqilbaligh 1 (7-10 tahun)
Tahapan Pre Aqilbaligh 2 (10-14 tahun)
Tahapan Post Aqilbaligh (>14 tahun)

Tahapan Pra Latih
Usia 0-2 tahun anak didekatkan pada ibunya karena ada proses menyusui
Usia 3-6 tahun anak  didekatkan pada ayah dan ibunya
Usia 3 tahun anak harus sudah bisa bersikap, berbicara dan merasa sesuai dengan seksualitasnya.
Indikator : anak sudah harus jelas memastikan identitas seksualitasnya. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki".

Contoh kegiatan pada tahapan pra latih :
Menyusui dengan eksklusif dan tidak menyambi apapun.
Bermain bersama Ayah dan Bunda untuk menjalin kelekatan
Membedakan “cowok” dan “cewek”, “ganteng”, “cantik”.
Ajarkan anak bahwa tubuhnya berharga, caranya dengan meminta ijin setiap akan memegang alat kemaluannya.
latih anak (maksimal usia 3 tahun) untuk toilet training. Membiasakan anak untuk pipis dan poop di kamar mandi dan langsung dibersihkan. Tidak memakai popok lagi.
Menjelaskan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tentang mahram, keluarga, dan orang asing.
Menjelaskan tentang aurat. Pentingnya menutup aurat dan menahan pandangan (5-7 tahun).
Membiasakan tertib mandi untuk menjaga aurat. Tidak boleh mandi bareng. meskipun memiliki anak yang sama jenis kelamin, apalagi bersama dengan orang tuanya (5-7 tahun).
Melarang anak laki-laki berpakaian menyerupai perempuan dan sebaliknya.
Rasulullah bersabda: " kaum laki-laki dr umatku diharamkan mngenakan kain sutera dan emas, dan kaum wanitanya dihalalkan mengenakan keduanya"(HR. Attirmidzi)

Kasus-kasus penyimpangan mendidik pada usia 0-7 tahun :
Mengutamakan pembelajaran akademik seperti calistung
Menggegas hafalan al Quran tanpa memandang cara dan kemampuan serta ketertarikan anak yang berbeda-beda.
Mengajarkan bahasa kedua sebelum bahasa ibu tuntas.
Berkata atau berwajah tidak ramah apalagi kasar.
Membanding-bandingkan anak
Menitipkan anak di bawah usia aqilbaligh, terutama di bawah usia 7 tahun pada orang lain atau lembaga atau boarding school.

Tahapan Pre Aqilbaligh 1 (7-10 tahun)
Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.
Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.  Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.
Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit.
Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.
Indikator : Ayah jadi figur idola anak lelaki dan ibu jadi figur idola anak perempuan.

Contoh kegiatan pada tahapan pre aqilbaligh :
Para ayah mengajak anak laki-lakinya ke masjid, naik gunung, latih logika dan cara berpikirnya melalui narasi  yang dalam dan tajam.
Para ibu melatih empati dan rasa seorang wanita melalui tugas-tugas kewanitaan.
Mendidik anak-anak untuk menghindari ikhtilat dan khalwat serta mempelajari kembali etika dalam berhias.
Untuk anak usia ini, sudah mampu diajak berdiskusi. Mengenalkan alat kelamin menggunakan alat peraga yang ada di sekitar kita.

Kasus-kasus penyimpangan mendidik pada usia 7-10 tahun :
Anak lelaki tidak didekatkan dengan ayah dan anak perempuan tidak didekatkan dengan ibu, sehingga fitrah gender anak tidak tumbuh sebagaimana mestinya.

Tahapan Pre Aqilbaligh 2 (10-14 tahun)
inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan. Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan. Anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan.

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Contoh Kegiatan :
Memisahkan tmpt tidur anak sejak usia 10th.
"Perintahkan anak-anak kalian mengerjakn sholat bila telah mnginjak usia 7th dan pukulah mereka jika meninggalkannya bila telah usia 10th dan pisahkanlah tempt tidur mereka" (HR shahih sunan abu dawud)
Diajarkan bagaimana berinteraksi sehat dengan lawan jenis.
Anak laki-laki didekatkan dengan Ibu sedangkan anak perempuan dengan ayah.
Hal ini adalah contoh langsung dari kedua orang tua untuk anak bisa berinteraksi dalam masyarakat.
Puncak perubahan hormonal.
Melatih kepekaan anak dalam bergaul.
Mulai selektif memilih teman
Mulai dapat memahami tentang kelainan dan adanya penyakit seksual.
Dijelaskan tentang pernikahan dan bahaya pacaran.
Perlunya adab menahan diri
Dan mulai memegang kesepakatan dan aturan mengenai penggunaan gadget, bijak bermain sosmed, serta adanya batasan dalam bermain game (15 jam/minggu).
Perlu dibahas bahaya pornografi yaitu adanya (bahaya) kerusakan otak terutama bagian PFC (pre frontal kortex, pusat otak : tempat mengatur keputusan baik dan buruk).

Indikator : Ayah menjadi figur idola bagi anak perempuannya. Ibu menjadi figur idola bagi anak lelakinya.

Kasus-kasus penyimpangan mendidik pada usia 10-14 tahun :
Tidak mendekatkan anak perempuan ke ayahnya dan anak laki-laki ke ibunya sehingga anak tidak memperoleh idola lawan jenis pertema dari orang terdekatnya. Akibatnya, Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Tahapan Post Aqilbaligh (>14 tahun)

Anak pada tahapan ini sudah memiliki wawasan akhlak/adab pada keluarga dan keturunan, menjadi personal yang dewasa dengan peran keayahan/ peran keibuan yang kokoh.

Indikator : Mampu menjadi ayah dan ibu sejati dengan kemampuan mendidik yang baik.

Referensi :
Buku Fitrah Based education. Harry Santosa.
http://www.lendyagasshi.com/2016/09/resume-rb-cikutra-pendidikan.html
https://majalahayah.com/pendidikan-seksualitas-dalam-islam-untuk-anak-laki-laki/

No comments:

Post a Comment