Secara definisi,Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial (yaitu kebiasaan yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) dan dapat diubah sesuai perkembangan zaman. Sementara seks adalah perbedaan organ biologis antara laki-laki dan perempuan, terutama pada bagian-bagian reproduksi.
Gender bukan kodrat atau ketentuan Allah sehingga gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai , ketentuan social dan budaya masyarakatnya.
Seks merupakan kodrat Allah sehingga tidak dapat ditukar atau diubah.
Secara lebih jelas perbedaan gender dan seks/jenis kelamin dapat dilihat pada poin-poin ini:
:
Jenis kelamin (seks)
•Tidak dapat diubah
•Tidak dapat dipertukarkan
•Berlaku sepanjang zaman
•Berlaku dimana saja
•Merupakan kodrat Allah
•Ciptaan Allah
Gender:
•Dapat berubah
•Dapat dipertukarkan
•Tergantung waktu
•Tergantung budaya setempat
•Bukan merupakan kodrat Allah
•Buatan manusia
Sedangkan Fitrah Seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.
Fitrah Seksualitas Penting di tumbuhkan sejak dini kepada anak-anak dengan harapan :
1. Dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya
2. Dapat memberikan pemahaman akan lawan jenis
3. Dapat memberikan pemahaman untuk menghindarkan diri anak dari kekerasan seksual
4. Membersamai anak agar memperoleh informasi yang tepat
5. Menghindarkan anak dari perilalu negatif dan perilaku menyimpang
6. Menghindari hal-hal yang memungkinkan anak merasa kehilangan kelekatan akan sosok ayah dan ibunya, entah itu karena bencana, perceraian, atau dikirimnya anak ke pondok terlalu dini tanpa adanya pendekatan dan pengenalan tentang fitrah seksualitas secara menyeluruh.
Sebagai Ayah, tuntunlah anak untuk memahami peran sosialnya, menjalani sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Sedangkan sebagai ibu, Ia juga harus menjadi wanita pertama hebat yang dikenang anak-anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai fitrah seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun sudah mampu dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki"
Dengan memahami konsep gender dan fitrah seksualitas, baik laki-laki dan perempuan yang Allah ciptakan berpasang-pasangan memerlukan kehadiran dan kerjasama satu sama lain. Keterpaduan keduanya bukan berarti sama, namun bermitra secara harmonis termasuk dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak-anak.
Dengannya mari kita hadir secara utuh dalam membersamai anak-anak, jalankan peran dan tanggung jawab masing-masing, berikan informasi informasi yang benar & pengalaman baik yang berulang-ulang.
Tanpa fitrah yang tumbuh hebat maka mustahil bangkit manusia yang beradab alias biadab (bi=tidak) sebagaimana para pengusung penyimpangan seksualitas. Naudzubillah.
Sumber :
-Fitrah Based Education oleh Ust. Harry Santosa
#FitrahSeksualitas
#LearningByTeaching
#BundaSayangLevel11
#TantanganHari1
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
No comments:
Post a Comment