Saya merasa sejak kelahiran anak kedua, ekonomi keluarga mulai terasa sesak. Di akhir bulan selalu kelimpungan. Tidak bisa menabung lagi seperti saat masih anak satu. Kenapa? Karena pemasukan finansial keluarga kami masih mengandalkan satu kran yakni gaji suami. Sedangkan kegiatan mengajar saya, aktivitas private suami dan saya dioffkan, karena pertimbangan satu dan lain hal. Otomatis, pengeluaran lebih banyak, tapi pemasukan tetap.
Terlebih mulai akhir tahun kemarin, kami memutuskan untuk membeli rumah uwa kami yang sedang butuh biaya berobat. Padahal prinsip kami pantang untuk berhutang, tidak ingin hidup dikejar utang, apalagi utang ratusan juta rupiah seperti saat ini. Namun karena pertimbangan orang tua, permintaan uwa dan keluarga besar, akhirnya kami ambil rumah tersebut. Dengan tawakal kepada Allah SWT, kami yakin, karena kami ingin menolong orang lain yang sakit, Allah pasti menolong kami jua...
Walhasil, kami harus memiliki penghasilan lain untuk membayar cicilan rumah tersebut. Selain itu harus membereskan masalah keuangan rumah tangga kami yang minus setiap bulannya. Untuk sementara, kami telah sepakati akan menseriusi bisnis online yang sedang saya jalankan. Karena untuk bekerja ke luar tidak mungkin, karena posisi saya sebagai ibu dari dua balita yang tidak punya pengasuh.
Maka, saat ini saya perlu sekali membekali diri dengan ilmu management keuangan sebelum terjun bebas di dunia onlineshop. Saya pernah mendapatkan ilmu dari Kang Dewangga founder Entrepreuner.ID yang saya menjadi salah satu distributornya. Katanya, kita harus mengetahui dulu angka kecukupan biaya hidup kita setiap bulannya. Jangan sampai saat margin profit kita naik, tapi gaya hidup dan konsumtif kita ikutan naik. Biarlah profit yang tinggi, tapi hidup kita harus tetap cukup. Agar profit tersebut digunakan untuk pengembangan bisnis di masa depan.
Sedangkan pada training berjudul "Management Keuangan Bisnis (Online Shop) based on buku Sadar Finansial" oleh Bag Kinantan, merekomendasikan sedikitnya 3 nomor rekening agar pengaturan uang kita terorganisir. Rekening A untuk transaksi kita dengan cust, rekening B untuk menyimpan modal dan belanja produk, rekening C untuk menyimpan laba. Pengambilan laba juga hanya dibolehkan 30%, sedangkan 70%-nya untuk biaya operasional dan investasi.
Ada satu hal lagi yang mengganjal, pertama, saya belum bisa menyediakan uang sesuai angka kebutuhan kami sekeluarga, karena kondisi keuangan tiap bulannya minus, sehingga belum bisa diterapkan. Apa yang harus saya lakukan saat ini, jika kondisi keuangan saya minus, dan bisnis tidak memiliki modal? Akhirnya... saya menemukan Instagram milik Prita H. Ghozali (@pritaghozi) yang memberikan insight finansial planningbmulai dari A-Z. Alhamdulillah... mindset saya tentang management keuangan mulai menemukan titik terangnya.
Ini dia potluck nya... semoga bermanfaat 😍🙏
#jurnalminggu1
#materi1
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
No comments:
Post a Comment