Friday 16 December 2016

Oleh-oleh Seminar Parenting “Mendidik Anak Tangguh di Era Digital” Bersama Ummi Yanti Tanjung

Ummi Yanti sedang memaparkan seminar
Alhamdulillah... hari libur maulid nabi Muhammad saw. 12 Desember 2016 kemarin, saya bisa mengikuti seminar parenting yang diselenggarakan oleh HSG SD Khoiru Ummah Majalengka, yang dilaksanakan di Gedung Graha Pemuda Majalengka. Acara ini jadi ajang piknik bagi IRT seperti saya, piknik kan ga perlu mahal dan jauh... ikut seminar, beli sorabi, beli panci #eh juga bagi saya mah sudah piknik. Riyadh tadinya mau digendol2, eh ternyata tidur... yaudah dititipin saja ke ayahnya, alhamdulillah kemarin jadinya piknik sekaligus me time 😁

Menarik sekali apa yang disampaikan oleh seorang Ibu, pengajar, penulis, dan pakar parenting ideologis, Ummi Yanti Tanjung, dalam kesempatan tersebut. Jujur saya merasa dihajar, ditabok dan juga ditunjukan jalan bagaimana arah mendidik anak tersebut. Maklum lah mahmud jadi masih kebingungan. Terutama, dalam menciptakan kepribadian Islam dan mendidik mereka yang tumbuh dalam Digital age seperti sekarang ini.

Ternyata, sebagai orang tua kita harus membentuk keluarga yang cerdas digital, bukan keluarga yang tergantung media digital. Karena, jika orang tuanya tidak cerdas dalam memanfaatkan teknologi canggih tersebut, akan berdampak sangat buruk terhadap anak-anak. Diantaranya, anak menjadi tidak fokus belajar (apalagi tahfiz) karena smartphone lebih menarik bagi mereka. Games yang membuat anak merasa senang dan penasaran bisa membuat mereka kecanduan (adiction), kalau sudah parah, anak akan cenderung tumbuh menjadi asosial, hilang kreatif hilang jiwa pertemanan dan saling berbagi. Kalau sudah seperti ini repot. Perlu treatment psikolog dan memerlukan biaya dan waktu lama untuk penyembuhannya. Apalagi dari gadgetnya tersebut, anak mendapatkan paparan pornografi yang dapat menimbulkan efek samping fatal bagi otak yang menyebabkan cacat permanen. Na`udzubillah…

Dari penjelasan ini, saya membayangkan betapa ngerinya generasi kalau orang tua tidak cerdas dan tidak bisa menyikapi anak dalam kecanggihan zaman digital saat ini. Termasuk juga tayangan video atau Tivi. Yang ini makjleb banget... Suatu kekeliruan orang tua yang menyodorkan tontonan pada anak berupa film/video/TV walaupun isinya video Islami atau pengetahuan, dengan dalih agar anteng/tidak mengganggu ayah ibunya dalam mengerjakan tugas di rumah. Ya, saya suka memberikan smartphone pada Riyadh saat saya belum selesai nyuci, nyapu atau masak. Ternyata ini salah!

Saya jadi teringat dengan materi “Belajar Menjadi Manajer Keluarga Handal” di Matrikulasi Ibu Profesional yang sedang saya jalani saat ini. Seorang ibu tidak boleh terjebak oleh rutinitas pekerjaan rumah tangga sehingga dia tidak produktif dan waktunya habis untuk urusan itu. Padahal pengasuhan anak adalah area produktif ibu. Makanya, ibu wajib punya schedule time dan kandang waktu, juga harus disiplin dalam pengerjaannya. Misalnya, aktifitas nyuci, masak, beres-beres rumah dikerjakan dari jam 4 sampai jam 7 pagi. Oleh karena itu, saya mulai faham kenapa Ibu Septi Wulandani punya konsep 7 to 7, ia menetapkan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam fokus menemani anak dan mendidik mereka sendiri dengan Homeschooling. Alhamdulillah... saya harus merubah jadwal harian saya rupanya. Itulah kenapa, peran ibu jangan sampai tergantikan oleh tivi/video, ibu tidak hanya menemani anak sedang ruhnya tidak dengan anak, tapi ibu bersama anak antara jasad dan ruhnya tercurah pada anak. Bismillah... mumpung Riyadh masih kecil, saya bertekad untuk tidak mengenalkan video/Tivi ke dia, dan menggantinya dengan aktifitas bermain bersama.

Hal menarik lainnya adalah, tentang penerapan kurikulum berbasis aqidah dalam pendidikan anak. Jujur, ini yang saya butuhkan. Di timeline hidup saya 1 tahun ini (cie...) sedang mempelajari Materi Bunda Sayang yakni seputar pengasuhan dan pendidikan anak. Makanya, saya sedang memburu seminar dan buku-buku parenting anu pararaenting tea dan sedang dalam proses membuat kurikulum Home education buat Riyadh yang saat ini usianya 17 bulan. Kurikulum Berbasis Aqidah ini jadi mutiara ide. Karena saya pelajari dari grup-grup Homeschooling, kurikulum mereka lebih ke arah knowledge/pengetahuan, bobot aqidahnya kurang bernash. Saya terhentak saat ummi menjelaskan bahwa anak usia dini itu bukan diajari abjad, angka, apalagi bahasa Inggris dulu. “Kan mau menghasilkan anak tahfiz usia dini (4-7 tahun)? Mau jadi pemimpin umat di usia 18 tahun kan? Masak diajarinya itu?” Wah saya tersinggung nih…

Agar anak usia mumayyiz (usia 7 tahun) bisa memenuhi kompetensi sesuai usianya yaitu bisa memilah mana yang baik/bermanfaat bagi dunia dan akheratnya, maka pada masa usia dini yang harus dikuatkannya adalah aqidah dan kepribadian Islamnya (pola fikir dan pola sikap Islami). Sehingga, pada usia baligh (10-13 tahun) anak bisa memenuhi kompetensi selanjutnya yakni taat pada hukum syara` secara sempurna dengan kesadaran tanpa paksaan. Lalu, usia 18 tahun anak sudah siap menjadi pemimpin di masyarakat.

Adapun kompetensi dasar untuk usia dini berupa bahasa arab, tahsin dan tahfiz. Kompetensi Inti yakni tsaqofah Islam seperti aqidah, tafsir, hadits, ushul fiqih, Musthalah hadits. Kompetensi penunjang yaitu sains, Math, Geography. Kompetensi keterampilan yaitu olahraga dan seni. Pemateri menjelaskan kurikulum berbasis akidah bisa di terapkan dalam aktifitas pembelajaran anak misalnya materi practical life seperti toilet training, mandi sendiri dsb yang dikaitkan dengan fiqh, seperti apa itu thaharoh, istinja, mandi, syarat2nya seperti apa, macam2 air yang mensucikan itu seperti apa? Lalu bahasan pelajaran geography diawali dengan penyadaran bahwa ia adalah makhluk Allah di bumi dan punya amanah menjaga bumi, sehingga bisa dikasih pelajaran agar anak didorong untuk cinta bumi, menanam tumbuhan,tidak membuang sampah sembarangan, dll. Pelajaran olahraga seperti berkuda, renang, memanah digiring bahwa nanti mereka harus kuat fisiknya dan bisa menjadi anak-anak penakluk.

Kemudian, yang jadi puncak ketertarikan saya pada acara ini adalah mentadaburi Qur`an Surat An-Nisa`: 9 yang mengingatkan bahwa kewajiban dari Allah swt agar kita tidak menghasilkan anak-anak yang lemah.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Juga Qs Ar-ra`du: 23-24 “(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”

Setelah pemaparan itu, saya dibuat klimaks oleh penampilan puisi dari anak-anak HSG SD Khoiru Ummah yang sukses membuat saya dan ayah ibu semua bercucuran air mata... Saya, ibu Fuji dan Ibu Ori nyari-nyari tissue... karena tidak ada, kami lap saja pake kerudung. Hiks... hiks…

Subhanallah... Oleh-oleh seminar Parenting bersama Ummi Yanti Tanjung ini sangaaat luar biasa... Semoga berkah ilmunya ya umii...dibalas dengan pahala oleh Allah swt. Next.. saya akan mempraktekan ilmu ini untuk Riyadh dan tidak lupa membaca buku karya beliau yaitu Menjadi Ibu Tangguh dan Menyiapkan Anak Tangguh. Silahkan beli sendiri ya ayah bunda... 

Kiri: Saya, Ummi Yanti, Teh Lina



No comments:

Post a Comment