Wednesday 15 February 2017

Bye-Bye Feminism

Seperti biasa, setiap pagi saya selalu meminta suami untuk menemani Riyadh selama 30 menit sampai 1 jam saat pekerjaan rumah saya belum selesai.


“Bunda udah beres belum?”


“Belum yah…”


“Kok lama banget sih… Riyadh nangis terus niih…”

Memang Riyadh agak panas karena sudah vaksin DPT/HB kemarin. Jadi mudah menangis…


“Coba ajak keliling naik sepeda…” kata saya sambil nyuci piring.


“Sama bunda atuh… ayah pusing gimana cara nenangin Riyadh.. ayah itu laki-laki, urusan ini perempuan lebih tau…!!”, ungkapnya. Saya tahu ini klimaks suami karena terganggu dengan tangisan Riyadh semalam dan omelan Uwa kemarin karena suami tidak rapi saat jemur baju.


Lalu, saya bersihkan tangan lalu menggendong Riyadh dan mendekapnya. Di pelukan saya, dia lebih tenang dan nangisnya berhenti…


Benar kata suami, perempuan dan laki-laki itu beda.


Padahal sejak di bangku kuliah, saya termakan konsep pemikiran feminisme, bahwa Gender (perbedaan laki-laki dan perempuan) itu bukan kodrati tapi hasil konstruksi social dan budaya. Sehingga mempengaruhi masyarakat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan social tersebut.
Kaum feminis menggugat bahwa mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga, atau urusan domestik seperti mencuci, memasak dan merawat anak adalah hasil konstruksi sosial yang disematkan pada wanita. Sementara menjadi pemimpin, bekerja dan urusan tanggung jawab disematkan pada laki-laki.


Dan setelah saya menjadi istri dan ibu… Saya rasakan bahwa semua itu adalah kodrati yang tidak dapat dipungkiri. Secara kasat mata sekalipun dari sisi biologis dan kemampuan, laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Begitu pun dari sisi sifat, pemikiran-akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-masing juga berbeda. Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan proses reproduksi, mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi, sementara laki-laki tidak. Sehingga anak alaminya akan bisa lebih merasa tenang dan nyaman dalam pelukan ibunya, sebab ini adalah kodratnya. Pemberian Tuhan yang menciptakan manusia.


Konsep kesetaraan gender yang digembar-gemborkan kaum feminis nyatanya bertolak belakang dengan fitrah, logika dan fakta itu sendiri. Dari konsep dasar nya saja salah, apalagi pemikiran turunannya.


Sekarang saya lebih memahami, lebih legowo, lebih sabar… saat anak sakit, saat ingin rumah rapi, jangan andalkan suami karena itu bukan kodratnya.


Bye bye FEMINISM!!


#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

No comments:

Post a Comment